Lalu, bagaimana hubungan Tiberius dengan sosok Yesus Kristus?

Tidak ada bukti sejarah yang mengaitkan koneksi langsung antara Tiberius dan Yesus meski penyaliban itu dilakukan di masanya.

Catatan paling rinci tentang kehidupan dan kematian Yesus berasal dari empat Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua buku-buku ini ditulis oleh orang Kristen dan jelas-jelas memiliki bias dalam apa yang mereka laporkan, dan harus dievaluasi dengan sangat kritis untuk mendapatkan informasi yang bisa diandalkan secara historis," kata Barth D. Ehrman, profesor studi agama dari Universitas North Carolina.

"Namun klaim utama mereka tentang Yesus sebagai tokoh sejarah - seorang Yahudi, dengan pengikut, yang dieksekusi atas perintah gubernur Romawi di Yudea, Pontius Pilatus, pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius - didukung oleh sumber-sumber yang muncul belakangan dengan bias yang sama sekali berbeda."

Dalam beberapa dekade setelah masa hidupnya, Yesus disebut-sebut oleh sejarawan Yahudi dan Romawi dalam ayat-ayat yang menguatkan bagian-bagian Perjanjian Baru yang menggambarkan kehidupan dan kematian Yesus.

Catatan lain tentang Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus.

Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan "orang-orang yang biasa disebut orang Kristen, yang dibenci karena kebesaran mereka."

"Christus, nama pendiri tersebut, dihukum mati oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius."

Ehrman mengatakan, sebagai seorang sejarawan Romawi, Tacitus tidak memiliki bias Kristen dalam diskusinya mengenai penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Nero.

"Hampir semua yang dikatakannya sama persis - dari sudut pandang yang sama sekali berbeda, dari seorang penulis Romawi yang meremehkan orang Kristen dan takhayul mereka - dengan apa yang dikatakan oleh Perjanjian Baru itu sendiri," ujar dia.

Yakni, lanjutnya,"Yesus dieksekusi oleh gubernur Yudea, Pontius Pilatus, atas kejahatan terhadap negara, dan sebuah gerakan religius dari para pengikutnya bermunculan setelah kematiannya."

Sosok Kaisar Tiberius tak dapat lepas dari sejarah Yesus Kristus. Pada masa pemerintahannya sebagai pemimpin tertinggi Romawi lah Yesus disalib.

Tiberus jadi kaisar Romawi pada paruh pertama adab ke-1 Masehi, meneruskan rezim Augustus Caesar, ayah tirinya.

Ia dikenang sebagai seorang jenderal yang tangguh, dan masa pemerintahan awalnya sangat positif. Namun, Tiberius menjadi semakin tidak populer sebelum akhirnya mengundurkan diri dari Roma dan pindah ke Pulau Capri, tempat peristirahatan terakhirnya sebelum wafat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiberius lahir 16 November 42 Sebelum Masehi dan awalnya dikenal sebagai Tiberius Claudius Nero. Ayahnya juga bernama Tiberius Claudio Nero dan merupakan politikus Romawi yang terkenal karena jasanya sebagai kapten armada Julius Caesar, sedangkan ibunya adalah Livia.

Singkat cerita, ibu Tiberius, Livia menceraikan suaminya dan menikah dengan Augustus dan hal ini merupakan awal mula jalannya menuju kekaisaran.

Tiberias sebetulnya bukan pilihan pertama untuk menjadi ahli waris. Augustus memiliki sejumlah calon penerus takhta, namun semuanya meninggal sebelum dia, mengutip Ancient Origins.

Salah satu pilihan pertama Augustus adalah teman dekatnya, Marcus Vipsanius Agrippa yang dianugerahi cincin kaisar pada tahun 23 SM.

Hal ini dapat dianggap sebagai sinyal bahwa Agrippa bakal naik takhta jika Augustus meninggal. Namun, ternyata Agrippa meninggal lebih dulu dari Augustus.

Calon penerus lainnya adalah keponakan laki-lakinya, Marcellus serta Gayus dan Lucius yang merupakan putra Agrippa, dan Julia putri tertua Augustus.

Kendati begitu, semua kandidat ini meninggal sebelum Augustus, sehingga pilihan terakhirnya adalah Tiberius.

Tiberius mulanya menolak menjadi kaisar, tapi ibunya mendorong agar dia naik takhta.

Meskipun di kemudian hari Livia tidak disertakan oleh Tiberius dalam urusan publik, ia masih memiliki pengaruh yang kuat dan tercatat bahwa salah satu alasan Tiberius pensiun ke Capri pada tahun 26 M adalah untuk menjauh dari ibunya.

Ketika Livia meninggal pada pada 29 M, Tiberius tetap tinggal di pulau itu dan bahkan tidak menghadiri pemakaman ibunya.

Periode pengasingan Tiberius di Capri ditandai dengan bangkitnya Lucius Aelius Sejanus, seorang Pengawal Praetorian. Sebelum meninggalkan Roma, Tiberius menyerahkan pemerintahan kekaisaran di tangan Sejanus.

Dalam beberapa tahun berikutnya, Sejanus mulai memandang dirinya sebagai kaisar dan melakukan apapun yang diinginkannya. Dia bahkan berselingkuh dengan Livillia, menantu perempuan Tiberius, dan membunuh Drusus, putra Tiberius dan suami Livillia.

Pada tahun 31 M, Tiberius menerima pesan bahwa Sejanus berencana untuk membunuh dia dan Caligula, cucu angkatnya, juga. Kaisar kembali ke Roma dan Sejanus dieksekusi setelah dinyatakan bersalah oleh Senat.

Tahun-tahun terakhir pemerintahan Tiberius ditandai dengan peningkatan jumlah pengadilan pengkhianatan, seiring dengan semakin paranoidnya kaisar. Tiberius kemudian wafat pada tahun 37 M dalam usia 77 tahun.

Sejumlah rumor mengenai penyebab kematian Tiberius berkembang, di antaranya menyebut kalau Tiberius mati diracun hingga karena kehabisan napas setelah dibekap bantal.

Hubungan Tiberius dengan Yesus Kristus di halaman berikutnya...

Lalu, bagaimana hubungan Tiberius dengan sosok Yesus Kristus?

Tidak ada bukti sejarah yang mengaitkan koneksi langsung antara Tiberius dan Yesus meski penyaliban itu dilakukan di masanya.

Catatan paling rinci tentang kehidupan dan kematian Yesus berasal dari empat Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya.

"Semua buku-buku ini ditulis oleh orang Kristen dan jelas-jelas memiliki bias dalam apa yang mereka laporkan, dan harus dievaluasi dengan sangat kritis untuk mendapatkan informasi yang bisa diandalkan secara historis," kata Barth D. Ehrman, profesor studi agama dari Universitas North Carolina.

"Namun klaim utama mereka tentang Yesus sebagai tokoh sejarah - seorang Yahudi, dengan pengikut, yang dieksekusi atas perintah gubernur Romawi di Yudea, Pontius Pilatus, pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius - didukung oleh sumber-sumber yang muncul belakangan dengan bias yang sama sekali berbeda."

Dalam beberapa dekade setelah masa hidupnya, Yesus disebut-sebut oleh sejarawan Yahudi dan Romawi dalam ayat-ayat yang menguatkan bagian-bagian Perjanjian Baru yang menggambarkan kehidupan dan kematian Yesus.

Catatan lain tentang Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus.

Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan "orang-orang yang biasa disebut orang Kristen, yang dibenci karena kebesaran mereka."

"Christus, nama pendiri tersebut, dihukum mati oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius."

Ehrman mengatakan, sebagai seorang sejarawan Romawi, Tacitus tidak memiliki bias Kristen dalam diskusinya mengenai penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Nero.

"Hampir semua yang dikatakannya sama persis - dari sudut pandang yang sama sekali berbeda, dari seorang penulis Romawi yang meremehkan orang Kristen dan takhayul mereka - dengan apa yang dikatakan oleh Perjanjian Baru itu sendiri," ujar dia.

Yakni, lanjutnya,"Yesus dieksekusi oleh gubernur Yudea, Pontius Pilatus, atas kejahatan terhadap negara, dan sebuah gerakan religius dari para pengikutnya bermunculan setelah kematiannya."